Sabtu, 24 Desember 2011

APA YANG MEMBUAT SEBUAH LUKISAN JADI “HEBAT"

Sebuah lukisan dinyatakan “hebat” berarti lukisan tersebut bukan hanya bagus, namun juga berarti salah satu karya terpenting yang pernah dibuat. Sebuah lukisan “hebat” mungkin sulit untuk dipahami pada awalnya, namun begitu kita mendalaminya, kita cenderung untuk terus makin mengagumi dan menikmatinya. Popularitas semata tidak membuat sebuah karya seni menjadi “hebat”. Sebuah lukisan mungkin sangat dikagumi oleh jutaan orang selama setahun dan tahun berikutnya sudah hampir terlupakan. Karya seni yang betul-betul “hebat” bisa dinikmati selama ratusan tahun, mungkin bukan oleh khalayak ramai, tetapi oleh orang-orang dengan kepekaan cita rasa yang tinggi dan terpelajar di seluruh dunia.
Otoritas-otoritas seni sangat berbeda pendapat tentang lukisan, pelukis, atau gaya apa yang paling hebat. Tentu saja sangat sulit, bahkan mungkin mustahil, untuk menyusun daftar berdasarkan “kehebatan” yang akan disetujui oleh semua otoritas-otoritas seni yang ada. Begitu banyak gaya dari begitu banyak seniman, negara, dan periode waktu. Namun secara umum ada sebahagian yang dapat dinyatakan sebagai lukisan-lukisan “terhebat” di dunia.
Kualitas seperti apakah yang membuat sebuah karya mampu bertahan melampaui masa? Standar nilai apa yang bisa kita pakai untuk menetapkan “kehebatan”? Lagi-lagi para kritikus saling bersilang pendapat. Sebahagian orang pernah beranggapan bahwa hukum keindahan dan aturan tentang seni yang bagus dapat ditetapkan dengan jelas dan pasti. Hukum-hukum dan aturan-aturan ini secara garis besar berdasarkan gaya dalam seni Yunani. Para pelajar mengikuti aturan-aturan ini dan para kritikus memakainya dalam menetapkan nilai seni. Namun sebagian lagi beranggapan bahwa setiap orang boleh menafsirkannya berdasarkan selera atau cara pandang masing-masing. Para kritikus sekarang percaya bahwa memang ada banyak jenis nilai, dan sangat sukar untuk diwujudkan menjadi sebuah aturan yang baku dan sederhana.
Pada dasarnya, nilai dari sebuah karya seni dapat di tetapkan berdasarkan kemampuannya untuk menciptakan pengalaman yang berarti bagi para pengamat. Karya seni bekerja terutama dengan cara menstimulasi penglihatan atau pendengaran seseorang, juga mengkomunikasikan gagasan-gagasan penting, perasaan, sikap dan tindakan-tindakan yang menyusun budaya kita. Hal ini dapat dilakukan melalui bermacam-macam cara, dan para seniman terus-menerus menemukan cara-cara baru.

The Big Apples
Paul Cezanne

Still Life With Clay Pipe
Jean Baptiste Chardin

Agar masuk dalam kategori   “hebat”,         “agung”, “besar”, atau “masterpiece”, sebuah karya seni harus memiliki nilai yang melingkupi umat manusia secara luas, tidak dibatasi oleh waktu atau tempat. Juga harus memiliki subjek yang menarik perhatian dalam waktu yang lama, tidak sekedar lewat. Di saat yang sama, karya-karya “hebat” biasanya memuat iktisar budaya dari beberapa kelompok dan periode tertentu. Subjek penting saja tidaklah cukup, sebab sebuah karya seni mungkin memiliki gagasan yang dalam namun penampilannya tumpul dan cenderung imitasi. Subjek bisa saja bukan sesuatu yang penting, seperti buah apel punya Cezanne, pipa tanah liatnya Chardin, atau burung yang bertengger di dahan milik Hui-tsung misalnya. Sebuah gambar dapat dipertimbangkan “hebat”, karena mampu membuat kita merasakan realitas yang berbeda dari sebuah subjek. Realitas yang belum pernah kita rasakan sebelumnya.
Five Colored Parakeet
Hui-tsung
Seorang seniman dapat menambahkan cara baru dalam melihat atau membayangkan sesuatu pada perbendaharaan artistik dunia. Dia dapat menggunakan material seni untuk menyodorkan pengalaman baru dari penampakan bentuk dan warna. Cezanne dikagumi dengan kemampuannya mengorganisir kekayaan warna impressionis menjadi suatu wujud yang padat dan kuat.  
Penjaga Malam
Rembrandt van Rijn
“Penjaga Malam” karya Rembrandt, dihargai sebagai salah satu lukisan terhebat di dunia. Para kritikus mengagumi cara Rembrandt mengorganisir cahaya dan bayangan, menonjolkan sebagian dari wajah dan figur-figur lebih dari yang lain. Daripada menggunakan bayangan-bayangan gelap dan highlight yang terang, ia memilih untuk menambahkan kilatan-kilatan cahaya di sana-sini pada bagian-bagian tertentu dari senjata, zirah dan pakaian untuk mengangkat warna pekat yang lembut dari latar belakang. Sebagai hasilnya, ia menciptakan organisasi cahaya dan warna yang tak tertandingi. Ia melukis sebuah lukisan potret berkelompok yang penuh dengan variasi dan gerakan, namun seimbang dan menyatu sebagai sebuah komposisi. “Penjaga Malam” adalah ikhtisar dari sebagian besar seni gambar yang telah ada sebelum nya.

Haboku Lanscape
Sesshu

“Haboku Landscape” karya Sesshu sepintas hanyalah beberapa goresan tidak sengaja dan noda-noda tinta yang kasar lagi buram. Namun jika kita mencoba untuk menginterpretasikan jenis lukisan seperti ini, akan muncullah kesan dari keseluruhan sebuah lanskap yang luas. Dalam hal lukisan, orang Jepang memang sangat mengagumi kesederhanaan yang ekstrim dan ekonomis. Mereka sering kali mencoba untuk menyampaikan suatu gambaran dengan menggunakan goresan kuas sesedikit mungkin.

Pencapaian Rembrandt dan Sesshu telah sampai pada taraf “tak tertandingi”, namun dengan cara, teknik dan metode mereka masing-masing. Mereka telah mampu mempergunakan alat dan keinginan mereka dengan kendali yang sempurna untuk mendapatkan sebuah kesatuan bentuk yang mampu merangsang munculnya pengalaman visual berharga bagi pengamat.